Monday, December 17, 2007

Nabi Muhammad adalah nabi umat Hindu?

Nabi Muhammad adalah nabi umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari dua agama itu sangat jauh berbeda. Mungkinkah nabi Muhammad adalah nabi dari kedua agama itu?

Jika dikatakan bahwa nabi Muhammad adalah juga nabi dari umat Yahudi & umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat2x yg menyatakan kalau kedatangan nabi Muhammad sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab2x suci pendahulunya, seperti Taurat & Injil. Lima kitab awal dari kitab Perjanjian Lama Kristen adalah apa yg oleh umat Yahudi diakui sebagai Torah/Taurat/Pentatouch, yaitu kitab2x Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Sedangkan 4 kitab awal dari kitab Perjanjian Baru Kristen diakui oleh umat Kristen sebagai kitab Injil, yaitu kitab2x Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.

Sekalipun umat Islam menyatakan bahwa Taurat & Injil yg diturunkan pada nabi Musa & nabi Isa adalah bukan yg diakui oleh umat Yahudi & Kristen sekarang, atau setidaknya sudah berubah/diubah dari aslinya, banyak para pakar ilmu Kristologi yg menyatakan kalau dalam Taurat & Injil yg diakui umat Yahudi & Kristen sekarang inipun masih terdapat sisa2x ramalan kedatangan nabi Muhammad (sebenarnya sangat menarik untuk menampilkan argumentasi pembuktiannya, tapi hal itu bukan topik utama dari tulisan ini).

Jika umat Islam mempercayai ramalan kedatangan nabi Muhammad dalam kitab Taurat & Injil, bagaimana dg kitab suci umat Hindu? Mungkinkah nabi Muhammad adalah seorang nabi yang kedatangannya sudah diramalkan oleh kitab suci umat Hindu? itulah yang akan kita bahas di sini.

Sebenarnya dalam Al-Qur’an terdapat ayat2x yang dapat dijadikan acuan bahwa nabi Muhammad mungkin saja adalah juga seorang nabi umat Hindu yang ramalan kedatangannya terdapat dalam kitab2x suci umat Hindu. Diantaranya :

  1. Dalam surat Asy-Syu’ara(26) ayat 196 : “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu”. Jadi dalam kitab2x sebelum Al-Qur’an juga terdapat wahyu Tuhan

  2. Dalam surat Fatir(35) ayat 24 dinyatakan bahwa tidak ada suatu kaum di masa lalu tanpa seorang pemberi peringatan

  3. Dalam surat Al-Ahzab(33) ayat 40 dinyatakan bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan dan merupakan penutup para nabi (utusan terakhir)

  4. Dalam surat Al-Anbiya(21) ayat 107 dinyatakan bahwa nabi Muhammad tidak diutus melainkan untuk seluruh semesta alam.

  5. Dalam surat Saba’ (34) ayat 28 dinyatakan bahwa Tuhan mengutus Muhammad untuk seluruh umat manusia, pemberi kabar gembira, dan peringatan akan dosa, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Juga dalam hadits Bukhari vol 1. dalam kitab Shalat bab 56 hadits no 429, nabi Muhammad bersabda :

Semua rasul yg diutus sebelumku hanya berlaku untuk umat/bangsanya saja, tapi aku diutus untuk semua umat manusia”.

Sekarang akan kita lihat dalam kitab suci agama Hindu. Ada banyak kitab dalam agama Hindu yg diakui sebagai kitab suci mereka. Dari semuanya yang dianggap paling suci adalah kitab Veda (Weda). Bila diantara kitab2x itu ada yg bertentangan, maka yg harus menjadi rujukan utama adalah Weda yg juga masih terbagi lagi menjadi beberapa kitab. Kitab2x lain selain Weda adalah : Upanishad, Smriti, Dharma Sastra, Bhagavat Gita, Puranas, dll.

Ayat2x ramalan kedatangan nabi Muhammad

Disebutkan dalam Bhavisa Purana –> dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10 to 27 :

Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. ‘Agama kebenaran’ akan memimpin dunia ini. Saya diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikut saya adalah orang yg berada di lingkungan itu, yg kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dg tanaman semak2x/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil “Musalaman” (perantara kedamaian).”

Kalau anda baca tulisan diatas dg baik, maka anda akan melihat bahwa ciri2x dari pengikut agama kebenaran yg disebutkan adalah ciri2x yg umum terdapat pada umat Islam.

Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yg mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.

  • Mantra 1 mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. “Nars” artinya orang, “sangsa” artinya “yg terpuji”. Jadi Narasangsa artinya : orang yg terpuji. Kata “Muhammad” dalam bahasa arab juga berarti : orang yg terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yg sama dg nabi Muhammad. Ia akan disebut Kaurama” yg bisa berarti : pangeran kedamaian, dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yg hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yg akan dikalahkannya yg berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.

  • Mantra 2 mengatakan : ia adalah resi yg naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.

  • Mantra 3 mengatakan : ia adalah “Mama Rishi” atau resi agung. Ini cocok dg nabi agung umat Islam yaitu nabi Muhammad SAW.

  • Mantra 4 mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yg terpuji. Nabi Muhammad yg juga dipanggil dg nama Ahmad adalah berarti juga “orang yg terpuji” yg terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.

Beberapa ramalan lainnya :

  • Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6 dinyatakan bahwa di sana disebutkan dg istilah : akkaru yg artinya : yg mendapat pujian. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yg mana Nabi Muhammad mengalahkan musuh yg berjumlah 10.000 orang tanpa pertumpahan darah.

  • Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7 dinyatakan bahwa Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga berarti seorang yatim atau seorang yg mendapat pujian. Ini mengarah pada nabi Muhammad yg seorang yatim sejak lahir dan arti kata Muhammad/Ahmad yg berarti yg terpuji, yg akan mengalahkan kepala-suku2x dari suku2x di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar 20 suku.

  • Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9 nabi dipanggil dg sebutan Suslama yg artinya lagi2x adalah : orang yg terpuji yg merupakan arti dari nama Muhammad.

  • Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dinyatakan bahwa ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dg nabi Muhammad yg tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita bernama Halimah.

  • Dalam Samaveda Uttararchika Mantra 1500 dinyatakan bahwa Ahmad akan dianugrahi undang2x abadi, yg jelas mengacu pada nabi Muhammad yg akan dianugrahi kitab suci Al-Qur’an. Tapi karena orang India yg berbahasa sansekerta tidak paham kata Ahmad, maka diterjemahkan menjadi “a” dan “mahdi” yaitu “saya sendiri”, jadi diartikan “saya sendiri yg menerima undang2x abadi”. Padahal seharusnya “Muhammad sendiri yg dianugrahi undang2x abadi”.

  • Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab2x Weda. Juga diramalkan pada tak kurang dari 16 tempat yg berbeda dalam kitab weda dg nama Narasangsa artinya adalah sama dg arti dari nama Muhammad, yaitu “yang terpuji”.

Kalky Autar

Salah satu ramalan kedatangan nabi Muhammad yg sangat terkenal yang juga telah membuat seorang professor bahasa dari ALAHABAD University India mengajak kepada umat Hindu untuk segera memeluk agama Islam, adalah terdapatnya sebuah ramalan penting dalam kitab suci Hindu tentang kedatangan yg ditunggu-tunggu dari seorang Kalky Avtar (baca : autar). av artinya : turun. tr artinya melewati. Jadi arti kata Avtar adalah “diturunkan atau diutus untuk turun”. Kalky Avtar artinya adalah : “utusan terakhir”.

Pundit Vaid Parkash - sang professor (yg menulis buku berjudul “Kalky Avtar”), secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, karena menurutnya, sebenarnya nabi Muhammad adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual dalam agama Hindu.

Disebutkan dalam Nashpropesy, nabi Muhammad diramalkan dg nama Kalky Avtar (Autar terakhir) dan Amtim Rishi. Sedangkan dalam kitab Puranas disebutkan tentang Kalky Autar dan kedatangannya. Diantara ayat2x yg menyebutkan adalah :

  • Dalam Baghavata Purana Khand 12 Adhyay 2 Shloka 18-20 disebutkan dalam rumah Visnuyash akan dilahirkan Kalky Avtar yg diramalkan akan menjadi penguasa dunia, yg terkenal dg sifat2xnya yg baik & menonjol. Dia akan diberi tanda2x. Dia akan diberi oleh malaikat sebuah kendaraan yg cepat. Dia akan menaiki kuda putih sambil memegang pedang. Dia akan mengalahkan orang2x jahat dan dia akan terkenal di dunia.

  • Dalam Baghavata Purana Khand 1 Adhyay 3 Shloka 25 disebutkan akan ada juru selamat di rumah Visnuyash

  • Dalam Kalki Purana (2) : 4 disebutkan bahwa di rumah Visnuyash pemimpin kampung Sambala akan lahir Kalki Avtar

  • Dalam Kalki Purana (2) : 5 disebutkan bahwa dia akan datang bersama para sahabatnya (4 orang sahabat) mengalahkan orang2x jahat

  • Dalam Kalki Purana (2) : 7 disebutkan bahwa dia akan dijaga oleh malaikat di medan perang

  • Dalam Kalki Purana (2) : 11 disebutkan bahwa dalam rumah Visnuyash dan dalam rumah Summati Kalki Autar akan lahir

  • Dalam Kalki Purana (2) : 15 disebutkan bahwa dia akan lahir pada tanggal 12 bulan pertama Madhop

Semua ramalan yg disebut diatas tadi tiada lain merujuk pada nabi Muhammad SAW. Penjelasannya demikian :

  • Dirumah Visnuyash berarti dirumah pengikut Vishnu (pengikut Tuhan) sedangkan ayah dari nabi Muhammad adalah bernama Abdullah yg artinya adalah pengikut Allah (pengikut Tuhan). Orang Islam menyebut “Allah” sbg Tuhan, sedang orang Hindu menyebut “Vishnu” sbg Tuhan. Jadi di rumah Visnuyash adalah di rumah Abdullah.

  • Summati dalam bahasa sansekerta artinya adalah orang yg sangat setia. Sedangkan ibunda nabi Muhammad adalah bernama Aminah yg dalam bahasa arab artinya juga orang yg setia.

  • Sambala bahasa arabnya adalah tempat yg aman & damai. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah yg terkenal dg nama “Darul Aman” yaitu tempat yg aman & damai. Akan lahir diantara kepala suku Sambala, artinya bahwa nabi akan lahir diantara kepala suku di Makkah.

  • Dilahirkan pada tanggal 12 di bulan pertama Madhop. Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 rabiul awal

  • Sbg Amtim Rishi (resi terakhir). Nabi Muhammad adalah juga nabi terakhir dari deretan nabi2x yg dikirim Tuhan spt yg terdapat pada QS. Al- Ahzab : 40.

  • Dia akan memperoleh bimbingan di atas gunung dan akan kembali lagi ke arah utara. Nabi Muhammad memperoleh wahyu pertamanya di gua Hira di Jabal Nur. Jabal Nur artinya Gunung Cahaya lalu kembali lagi ke Makkah.

  • Dia akan memiliki sifat2x yg sangat mulia. Persis seperti nabi Muhammad spt terdapat pada QS. Al-Qalam : 14 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.

  • Kalki Autar akan diberi 8 kemampuan spiritual, yaitu : bijaksana, punya kendali diri, keturunan yg terhormat, punya pengetahuan wahyu, pemberani, perkataannya bertarget kurikulum, sangat dermawan, dan sangat ramah. Semuanya adalah sifat2x yg dimiliki oleh nabi Muhammad

  • Dia akan diberi kendaraan yg sangat cepat oleh Shiva. Nabi Muhammad juga diberi bouraq yg sangat cepat oleh Allah yg membawanya ke langit dalam peristiwa Mi’raj.

  • Dia akan naik kuda putih dg tangan kanannya memegang pedang. Nabi Muhammad juga ambil bagian dalam peperangan termasuk dg menunggang kuda dan bertempur dg memegang pedang dg tangan kanannya.

  • Dia akan menjadi penyelamat umat manusia. Dalam QS. Faatir(35) ayat 24 dan QS. Saba(34) ayat 28 disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pembawa berita gembira & peringatan bagi seluruh umat manusia, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

  • Dia akan menjadi pembimbing ke jalan yg benar. Nabi Muhammad hidup pada jaman jahiliyah yg penuh kegelapan dimana ia membawa umatnya ke jalan yg terang benderang.

  • Dia akan dibantu oleh 4 sahabat dalam menyebarkan misi. Kita tau ada 4 orang khalifah sahabat nabi yaitu : Sayyidina Abubakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

  • Dia akan ditolong oleh malaikat di medan pertempuran. Dalam perang Badr nabi Muhammad dibantu oleh para malaikat Allah spt tersebut dalam QS. Ali Imran (3) ayat 123 & 125 : “Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka menyerang kamu dengan seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan 5000 malaikat yg memakai tanda”. Juga QS. Al-Anfal(8) ayat 9 yang berbunyi “…. sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yg datang berturut-turut.”

Subhanallah..

Ternyata sekian banyak ayat tersebut (yg sebenarnya belum semuanya ditampilkan) yg meramalkan akan datangnya seorang nabi yang ditunggu-tunggu oleh umat Hindu, begitu cocok dengan gambaran nabi Muhammad, umat Islam, dan sejarahnya. Mungkin saja ini juga merupakan pembuktian yg diberikan Allah bahwa nabi Muhammad memang diutus Allah untuk seluruh umat manusia.

Hal ini juga dapat membuka diskusi yg menarik tentang agama Hindu, kitab suci umat Hindu, dan syariat-nya. Benarkah agama Hindu memang merupakan agama yg diturunkan oleh Allah jauh sebelum nabi Muhammad lahir? Kalau ya, apakah berarti umat Hindu bisa disebut “muslim”, atau juga bisa disebut “ahlul kitab”? Bagaimana sesungguhnya ajaran agama Hindu itu, dan sesuaikah dg ajaran Islam? Bagaimana pendapat anda sendiri?

-rkh-

# Baca juga lanjutan topik ini dalam tulisan : Hindu dan Islam Ternyata Sama

Referensi :

- Ceramah dr. Zakir Abdul Karim Naik, seorang ulama perbandingan agama terkenal dari India, dalam topik : “Persamaan antara Hindu dan Islam”

Thursday, November 8, 2007

Pencinta ilmu mesti jadikan buku ‘teman setia’

Untuk makluman sahabat-sahabat sekalian, ana memohon maaf kerana sudah lama tak posting. Ini disebabkan kerana ana sibuk untuk persiapan menghadapi imtihan (exam untuk mawad akhir), doakanlah kecemerlangan untuk ana. Selain itu, ana juga sibuk dengan urusan pembelian kitab untuk dibawa pulang ke malaysia. Buku adalah teman hidup sejati ana dan ana selalu cakap dengan zaujah ana yang buku adalah isteri ana yang ke-2..yang ke-3 tu fikir-fikir sendiri..hehehe. Ana cukup-cukup tak leh lihat kitab, ada ja yang dibeli, selalu kena tegur dengan zaujah ana, tapi malas baca. Harap sahabat-sahabat sekalian jangan ikut perangai ana ni, buku ja banyak tapi tak bacapun...hehehe, untuk kesempatan ini ana copy pastekan dari keratan akhbar utusan yang bertarikh 8 Mei 2007..semoga kita jadikan amalan membaca itu sebagai budaya hidup kita..Hanya dengan membaca menjadikan kita tahu sebagaimana firman Allah taala..IQRA" BISMIRABBIKALAZI KHALAK..itula tema kehidupan ana selama ini..semoga Allah jadikan kita alim dalam agamanya dan menegakkan amal yang makruf dan menegah kemungkaran...

DETIK awal sinar Islam di alam maya ini bermula dengan pancaran cahaya wahyu Ilahi melalui kalimah Iqra’ bermaksud ‘Bacalah’ dan melambangkan ilmu yang di dalamnya terangkum makna membaca, mengkaji, menyelidik dan berfikir.

Istilah ‘ilmu’ yang menjadi teras sistem nilai dalam Islam dan menduduki tempat tinggi mempunyai hubungan rapat dengan istilah ‘buku’ yang menjadi sumber kepada ilmu dan pengetahuan.

Di dalam buku terkandung khazanah intelektual, dokumentasi pengekalan warisan dan budaya serta idea besar, yang kadang-kala menjadi pencetus bahaya mengakibatkan peperangan atau diharamkan atas sebab idea yang dilontarkan pengarangnya.

Namun, buku saja tetap akan tinggal sebagai buku jika tiada proses perpindahan ilmu yang ada di dalamnya ke dalam minda manusia melalui proses dikenali sebagai pembacaan.

Pembacaan dengan kata lain seharusnya membawa kepada kesahihan ilmu yang dapat membezakan antara kebenaran dan kepalsuan. Melalui wahana inilah usaha keilmuan dapat membangunkan intelektual, membentuk budaya fikir kreatif dan dinamis yang akhirnya melahirkan masyarakat progresif.

Dalam peradaban Islam, buku adalah kekasih dan teman paling setia dalam memimpin ke arah kebenaran dan membentuk kemajuan unggul. Sikap orang Islam ketika itu yang mencintai buku jelas dilihat daripada kehidupan seharian mereka terutama ketika mereka berbicara. Membaca buku bagi mereka yang mencintai ilmu sama seperti berkomunikasi dengan teman yang begitu setia untuk mendengar.

Profesor Ahmad Shalaby dalam bukunya bertajuk Sejarah Pendidikan Islam ada menyatakan, dalam sejarah Islam pernah diriwayatkan apabila seseorang berbicara mengenai buku, maka pendengarnya akan mengira bahawa dia sedang berbicara mengenai seseorang yang amat setia dan jujur, seorang kekasih yang sudah lama tidak bertemu atau seorang pemimpin yang memimpin ke jalan kebenaran dengan satu tujuan yang suci murni.

Dalam buku itu, beliau juga telah menulis satu bahagian khusus mengenai hubung kait buku dan perpustakaan. Pada zaman Harun al-Rasyid, iaitu kemuncak perkembangan ilmu di bumi Arab terutama apabila Baitul Hikmah iaitu perpustakaan dan juga sebuah pusat penterjemahan mula beroperasi.

Di sinilah tempat berkumpul segala ilmu yang didapati daripada tamadun luar seperti kaedah mantik atau logik dari tamadun Yunani, penghasilan kertas daripada tamadun China dan ilmu nombor diambil daripada tamadun India.

Ilmu yang dikumpulkan itu terus dikaji dan diselidiki dengan lebih mendalam, juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dihasilkan semula dalam bentuk buku untuk dimanfaatkan semua.

Bagi pencinta ilmu, buku adalah pasangan paling setia. Ke mana saja mereka pergi akan tetap ditemani pasangannya ini. Al-Jahiz, seorang ulama besar Islam yang mempunyai komitmen tinggi terhadap ilmu dan pembacaan sehingga mati tertindih oleh bukunya pernah berkata ‘buku itu akan diam bila engkau menyuruhnya diam. Dia tidak akan mengganggumu jika engkau sedang bekerja. Tetapi apabila engkau diulik kesepian, dialah teman yang akan menjadi temanmu paling baik’.

Dalam mencari buku yang boleh dijadikan pasangan atau teman, aspek kualiti perlu diberi perhatian sewajarnya. Buku karya besar atau agung dalam pelbagai tradisi bangsa dan peradaban manusia penting terutama dalam memanusiakan pembaca kerana ia mewakili tradisi dan perkembangan pemikiran dan intelektualisme sesuatu bangsa.

Sejarah juga membuktikan hanya dengan ketinggian budaya ilmu, sesuatu bangsa dapat mempengaruhi negara dan bangsa lain yang lebih besar dan kuat. Kefahaman kepada idea dan gagasan besar yang dilontarkan adalah antara usaha manusia untuk memahami dan menghayati kebijaksanaan santapan mental dan rohani manusia.

Ahli sufi klasik tersohor, Muhyiddin Ibnu Arabi, pernah menceritakan mengenai penghargaan seorang ulama mengenai buku: "Belum pernah ku melihat kebun buah-buahan yang dapat diletakkan di lengan baju atau taman bunga yang dibawa dalam pangkuan".

Dalam sejarah peradaban Islam, buku berperanan sebagai terapi atau dikenali sebagai biblioterapi. Bagi ulama pencinta ilmu, mereka akan meletakkan buku di atas kepala untuk menghilangkan sakit kepala atau demam. Jika hilang rasa sakit, mereka akan terus membaca buku berkenaan.

Antara buku dan budaya menulis, dua perkara tidak dapat dipisahkan sebagaimana Saidina Ali pernah berkata: "Ikatlah ilmu dengan menulisnya".

Prof Hamka juga berkata, jika seseorang sudah mencapai tahap membaca yang tinggi, secara semula jadi akan terpanggil untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang didapatinya dalam bentuk penulisan. Ini jelas dilihat dalam diri Prof Hamka sebagai seorang ulama, sasterawan, pemikir dan penulis.

Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas ,di dalam pendahuluan bukunya bertajuk A commentary on the Hujjah al-Siddiq of Nur-Din al-Raniri menyatakan, ‘sumbangan yang abadi yang dapat diberikan oleh seseorang dalam keadaan seumpama ini adalah menulis sebuah buku kerana sebuah buku dapat kekal lama selepas kerajaan, manusia, negara, catatan pemikiran dan tindakan manusia lupus.’

Dalam hal ini, buku berperanan sebagai penzahiran pemikiran seseorang melalui tulisan. Sebagai contoh, Syed Sheikh al-Hadi, seorang tokoh pembaharuan Islam yang hidup sezaman dan seangkatan dengan Muhammad Iqbal, pemikir Islam tersohor dari Pakistan.

Sifatnya yang agak positif dengan Barat sering disalahertikan. Beliau menyarankan ajaran Islam harus menerima idea dan falsafah Barat supaya umat Islam boleh mengecapi kemajuan dan bersaing dengan bangsa lain.

Bagi beliau, wadah terpenting dalam menyampaikan idea ialah melalui kaedah penulisan sama ada buku ataupun majalah. Hal ini boleh digunakan untuk mengejutkan umat Islam di Tanah Melayu dari tidur untuk bangkit menebus kemunduran masa lalu.

Bagaimanapun hal itu masih tidak diberi perhatian serius hingga ke hari ini. Oleh itu, tidak hairanlah walaupun Malaysia kaya dengan hasil buminya namun anak watan, khususnya bangsa Melayu masih tidak dapat memanfaat sepenuhnya lantaran kekurangan pengetahuan mengenai bagaimana semua itu dapat digunakan.

Rasulullah SAW pernah menyatakan mengenai kepentingan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sebagaimana sabda Baginda yang bermaksud: "Bila kamu menghendaki hidup berjaya di dunia hendaklah kamu berilmu dan bila kamu menghendaki hidup berjaya di akhirat hendaklah berilmu dan bila kamu menghendaki kedua-duanya hendaklah juga kamu berilmu." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Buku sebagai khazanah ilmu pengetahuan perlu diberi kedudukan tinggi kerana di dalamnya tersimpan rahsia kehidupan dan kunci kemajuan. Nilai terkandung dalamnya akan mencorak kehidupan manusia dan telah banyak mempengaruhi golongan pemikir, pemimpin, ilmuwan dan ulama.

Sikap mementingkan ilmu melalui membaca akan memajukan manusia dalam seluruh aspek kehidupan termasuk budaya, kemanusiaan dan adab. Bagaimanapun, budaya ilmu tidak hanya terbatas di sekolah atau universiti, malah perlu dikembangkan dalam kehidupan masyarakat.

Apabila budaya ilmu menjadi sebahagian hidup mereka, konsep penghidupan tidak lagi untuk hidup semata-mata tetapi memberi keutamaan kepada pentingnya memburu ilmu, menambah ilmu untuk meningkatkan corak pemikiran atau intelek sebagai satu keperluan dalam menghadapi cabaran hidup.

Seorang penyair Arab yang terkenal pada zaman Abbasiah, Al-Mutanabbi berkata: ‘Teman yang paling mulia sepanjang zaman adalah buku.’


Oleh Dr Ratna Roshida Abd Razak

Sumber: Utusan Malaysia ( 8 Mei 2007)

Thursday, November 1, 2007

Qariin 2 - Ustaz Ismail Kamus

Sebagaimana yang ana katakan dalam posting terdahulu, di tanah air yang tercinta ini selain Prof. Dr. Haron Din, Dato` Hj. Ismail Kamus juga mempunyai karangan yang sedikit sebanyak memperkatakan mengenai kewujudan makhluk qariin ini. Setidak-tidaknya Dato` Ismail Kamus memberi penerangan berhubung makhluk ini dalam bukunya "Jin : Rasukan & Pengubatannya" dan juga karangan terbarunya "Jin : Hakikat & Pengubatan". Dalam "Jin : Hakikat & Pengubatan", Dato` Ismail Kamus pada halaman 9 menulis:-

Qarin adalah jin yang dicipta oleh Allah sebagai pendamping manusia. Boleh dikatakan ia sebagai "kembar" manusia. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada qarinnya sendiri. Rasulullah s.a.w. sendiri tidak terkecuali. Cuma bezanya, qarin Rasulullah adalah Muslim. Manakala yang lainnya adalah kafir.

Pada umumnya qarin yang kafir ini kerjanya mendorong dampingannya membuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan solat, berat nak baca al-Quran dan sebagainya. Malah ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang dampingannya membuat ibadah dan kebaikan.

Untuk mengimbangi usaha qarin ini Allah utuskan malaikat. Ia akan membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Maka terpulanglah kepada setiap manusia untuk membuat pilihan mengikut pengaruh mana yang lebih kuat. Walau bagaimanapun orang-orang Islam mampu menguasai dan menjadikan pengaruh qarinnya lemah tidak berdaya. Caranya dengan membaca "Bismillah" sebelum melakukan sebarang pekerjaan, banyak berzikir, membaca al-Quran dan taat melaksanakan perintah Allah.

Qarin akan berpisah dengan "kembar"nya hanya apabila manusia meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh sedangkan qarin terus hidup kerana lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimanapun, apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili. Tetapi qarin akan berlepas tangan dan tidak bertanggungjawab atas kesesatan atau kederhakaan manusia.

Ana berharap kepada sahabat-sahabat sekalian sedikit sebanyak dapat mengambil faedah berhubung kewujudan makhluk qariin ini. Jika ada yang ingin mengetahui lebih lanjut berhubung makhluk qariin dan segala kaum kerabatnya daripada kalangan jin dan syaitan, maka bolehlah mencari ahli-ahlinya serta mentelaah kitab-kitab yang membicarakan hal ini seperti kitab "Luqthul Marjaan fi Ahkamil Jaan" karangan Imamuna as-Sayuthi rhm. Ana akhiri posting ini dengan nukilan satu kisah yang disebut oleh Dato` Hj. Ismail Kamus dalam "Jin: Rasukan & Pengubatannya" halaman 41.

Ibnu Muflih menceritakan: Suatu ketika syaitan yang mendampingi orang beriman, bertemankan syaitan yang mendampingi orang kafir. Syaitan yang mengikuti orang beriman itu kurus sedangkan yang mengikuti orang kafir itu gemuk. Maka ditanya mengapa engkau kurus, bagaimana aku tidak kurus, apabila tuanku masuk ke rumah, dia berzikir, makan dia ingatkan Allah, apabila minum pun begitu. Sebaliknya syaitan yang mengikut orang kafir itu pula berkata aku sentiasa makan bersama dengannya dan begitu juga minum.

Oleh itu, sekali lagi ana ingatkan kepada diri ana dan sahabat-sahabat sekalian yang budiman agar jangan lalai dari berzikir mengingati Allah dan mentaati segala titah perintahNya. Janganlah kita lupa akan firman Allah s.w.t.:-


Monday, October 29, 2007

Qariin 1

Di sini suka ana ceritakan serba sedikit berkaitan qariin, untuk sekadar pengetahuan sahabat-sahabat sekalian.

Qariin dari segi bahasa membawa erti 'rakan' atau 'teman', manakala segi istilah ianya merujuk kepada makhluk halus yang tak nampak dek mata yang merupakan ciptaan Allah daripada kalangan jin. Orang kampung ana memanggil qariin ini dengan panggilan "gembaran" atau "kembar", bukan kerana makhluk ni dilahirkan kembar bersama seseorang manusia tetapi kerana makhluk ini sentiasa mendampingi seseorang sejak dilahirkan sehingga mati. Oleh itu senang cakap, qariin ini adalah jin yang menjadi pendamping manusia semenjak dia lahir sehinggalah dia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Umumnya makhluk qariin ini adalah syaitan yang kerjanya untuk menghasut dan menggoda manusia supaya derhaka kepada Allah s.w.t. Berhasil atau tidaknya hasutan dan godaannya itu bergantung kepada anak Adam itu sendiri, sama ada untuk terpengaruh dan menerimanya atau menolaknya. Allah s.w.t. telah memberi peralatan yang cukup untuk kita menolak godaan-godaan tersebut, berupa akal fikiran yang waras serta disuluh dengan sinaran taufiq dan hidayah Allah yang diturunkanNya melalui Junjungan Nabi s.a.w. Oleh itu, jika sekiranya pilihan kita adalah untuk mengikut hasutan dan godaan si qariin itu, sedangkan dia mengetahui yang godaan tersebut adalah satu kederhakaan kepada Allah s.w.t., maka tidaklah boleh mempersalahkan yang lain selain diri kita sendiri.


Inilah yang dinyatakan Allah dalam surah al-Qaaf ayat 27-28:-

"(Semasa ia [yakni manusia] dihumbankan ke dalam neraka Jahannam, ia mendakwa bahawa syaitanlah yang menjadikan dia sesat; pada saat itu) syaitan yang sentiasa menyertainya (di dunia dahulu) [yakni yang menjadi qariinnya] berkata: "Wahai Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi sememangnya dia sendiri berada di dalam kesesatan yang jauh terpesong." Allah berfirman: "Janganlah kamu berbalah lagi di hadapanKu, (tidak ada gunanya berbalah pada masa Aku membuat keputusan); padahal (kamu sedia mengetahui bahawa) Aku dahulu telah memberi amaran kepada kamu (yang Aku akan menyeksa orang-orang yang bersalah)."
Oleh itu jika seseorang itu sentiasa menjadikan hidupnya berpandukan hukum-hakam Allah sebagaimana diturunkanNya, sentiasa mengingati Allah dan menjunjung titah perintahNya, nescaya dia akan dipelihara Allah dari terjebak dalam godaan-godaan si qariin, sebaliknya mereka- mereka yang lalai akan terperangkap dalam godaan-godaan tersebut, sebagaimana difirmankan Allah dalam surah az-Zukhruf ayat 36:-

"Dan sesiapa yang berpaling tidak mengendahkan pengajaran (al-Qur`an yang diturunkan oleh Allah) ar-Rahman, Kami akan adakan baginya syaitan (yang menghasut dan menyesatkannya), lalu menjadilah syaitan itu temannya (qariinnya) yang tidak renggang daripadanya (yakni sentiasa menyertainya)."
Setelah seseorang itu, mati maka qariinnya tadi yang seperti bangsa jin yang lain biasanya berumur panjang. Dia akan terus hidup dan jika ianya adalah syaitan maka dia akan terus melakukan kejahatan dan menggoda serta menyesatkan manusia. Antara kesesatan yang lumrah dilakukannya ialah dia akan menyerupakan dirinya dengan rupa manusia yang telah mati itu untuk tujuan-tujuan tertentu. Oleh itu, jika seseorang ketemu dengan "roh" seseorang yang telah mati, maka janganlah terus percaya bahawa yang ditemuinya itu adalah "roh" si mati, apatah lagi jika si mati itu orang kafir atau tholeh, kemungkinan besar yang ditemuinya itu adalah jin atau qariin yang menyerupai si mati tadi. Oleh kerana si qariin ini sentiasa mendampingi seseorang, maka dia mengetahui perkara-perkara sulit orang yang didampingnya itu.

Kat tanah air tercinta, antara yang telah memperkatakan mengenai makhluk qariin ini adalah Prof. Dr. Haron Din dalam siri ceramah beliau. YB Dr. Amran Kasimin juga menulis mengenai makhluk ini dalam beberapa tulisannya, Begitulah juga dengan Dato` Haji Ismail Kamus dalam buku terbarunya "Jin: Hakikat & Pengubatan". Tapi buat posting ini ana cuma nukilkan di sini Fatwa Mufti Kerajaan - 2000 yang difatwakan oleh Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Abdul Aziz bin Juned, Mufti Kerajaan, Negara Brunei Darussalam. Di mana dalam fatwanya berhubung "Ajaran Saihoni bin Tasipan" yang antara lain mendakwa boleh memanggil roh, turut memperkatakan mengenai makhluk qariin ini. Pada halaman 48 - 51 Fatwa tersebut, dinyatakan:-

**************************************************************
Manusia Mempunyai Qariin.

Telah sah dan sabit dalam hadis, bahawa setiap manusia itu ada qariin atau teman yang sentiasa bersamanya semenjak dia dilahirkan lagi sampailah dia meninggal dunia. Imam Muslim meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w. bersabda:-

Maksudnya: "Tiada seorang kanak-kanak pun yang dilahirkan melainkan tidak sunyi daripada tusukan (gangguan) syaitan, maka kanak-kanak itu pun menangis akibat gangguan syaitan itu, kecuali anak Maryam (Nabi 'Isa a.s.) dan ibunya (Maryam sendiri).
Untuk lebih jelas lagi dipetik pula riwayat Imam Muslim selanjutnya bahawa Nabi s.a.w. bersabda:-

Maksudnya: "Tiada seorang pun daripada kamu melainkan diwakilkan dengannya qariin daripada kalangan jin." Sahabat bertanya: "Apakah Tuan juga, wahai Rasulullah?" Nabi menjawab: "Ya, aku pun begitu juga, akan tetapi Allah telah menolongku menguasainya, maka dia pun Islam dan tidak menyuruh aku melainkan dengan kebajikan sahaja." (Erti fa aslama : qariin itu masuk Islam, atau aku (Rasulullah) terselamat daripada gangguan qariin itu, kerana Allah menolongku menguasainya)."
Dari maksud hadis-hadis ini menunjukkan qariin-qariin manusia itu kecuali qariin Nabi Muhammad s.a.w. adalah bersifat mengganggu dan merosak serta menyesatkan.

Walaupun manusia itu tidak berupaya menguasai jin, kecuali bagi orang yang diberikan izin oleh Allah seperti Nabi Sulaiman a.s., namun tidaklah terhalang daripada berlakunya kerjasama dan perhubungan di antara manusia dan jin pada mencapai sesetengah maksud manusia itu. Hubungan dan kerjasama ini boleh tercapai dengan berbagai cara dan keadaan. Perkara ini berlaku kepada sebahagian orang di zaman lampau mahupun zaman sekarang .

Menurut fatwa Syeikh al-Azhar, asy-Syeikh Jad al-Haq 'Ali Jad al-Haq, perkara bekerjasama dengan jin ini biasanya berlaku kepada dukun-dukun, tukang-tukang ramal dan tukang-tukang sihir, dan ada pun hubungan atau kerjasama itu pada masa sekarang disebut sebagai menghadirkan atau memanggil roh. (Bayaan li an-Naas 2 / 332 - 338).

Qariin daripada kalangan jin mempunyai kemampuan untuk berbohong dan mengada-adakan karut-marut, hatta meniru tuannya dalam berbagai keadaan seperti suara dan kadang-kadang juga rupa tuannya itu sendiri.

Qariin mempunyai pengetahuan tentang tuannya, sama ada yang zahir mahupun yang sulit-sulit.

Qariin-qariin boleh berhubung sesama mereka sendiri. Qariin juga ada kalanya menjadi pembantu kepada tuannya dalam kerja-kerja tertentu, sehingga kerja-kerja itu menjadi senang, ataupun sebaliknya kerja-kerja itu menjadi susah kerana qariin meletakkan halangan-halangan dan gangguan-gangguan. Selain daripada itu, boleh juga terjadi perkara-perkara yang lain lagi, berdasarkan alam jin itu mempunyai keanehan-keanehan yang tersendiri.

Maka apabila seseorang manusia itu berusaha dengan cara tertentu atau dengan berbagai jalan untuk menghadirkan atau mendatangkan roh, qariin orang itu akan berupaya menerima suara-suara, dan kemudian akan memberitahu berbagai hal dan berbagai perkara ghaib yang telah disepakati oleh para qariin melalui pertukaran maklumat sesama mereka. Selepas itu orang akan menyangka bahawa yang bercakap itu ialah roh orang mati yang telah dipanggil itu. Padahal yang bercakap itu ialah qariin-qariin sendiri yang membawa berita dan cerita yang bercampur-campur, yang direka-reka dan dusta ............

*********************************************
Oleh itu janganlah kita merasa hairan dengan amalan-amalan memanggil roh atau "tahdhirul arwah" atau omputeh kata "seance" yang kononnya telah berjaya mendatangkan roh orang mati yang dipanggil itu, sungguh yang dikatakan "roh" si kafir yang datang itu adalah qariinnya, oleh itu tidaklah pelik jika dia mengetahui perkara-perkara yang berkaitan dengan si mati dahulu, bahkan si qariin boleh meniru suara dan signature si mati tadi. Begitu juga jangan mudah percaya dengan "kewalian" atau "kekasyafan" tok bomoh yang boleh beritahu mana hilangnya kunci kereta kita atau apa yang kita makan petang kelmarin, sebab mungkin tok bomoh tu diberitahu mengenai perkara itu oleh qariin kita. Mudah-mudahan Allah sentiasa memelihara kita dari godaan, tipuan dan permainan qariin dan segala jenis syaitan termasuklah yang berupa dengan rupa manusia...bersambung..

Wallahua'alam...

Sunday, October 28, 2007

Talqin Mayyit


Petang tadi semasa pulang dari Damanhur, ana teringat kepada perbincangan ringkas ana dengan Faizal Hasnol dan Mumtaz Juhdi berkaitan talqin. Di sini, ana bawakan sedikit perjelasan berkaitan bertalqin kepada si mayyit. Apakah hukum beramal dengannya dalam mazhab kita? Untuk makluman sahabat-sahabat sekalian, ini adalah salah satu lagi amalan yang sering diserang oleh sesetengah pihak yang berfikiran jumud. Hebat sungguh serangannya sehingga ada antara kita yang tergugah dalam melaksanakannya, seolah-olah ianya memang bid`ah yang ditegah. Sedangkan dalam mazhab kita asy-Syafi`iyyah, ianya dihukumkan mustahab (disukai/sunnat) bagi mayyit yang baligh. Silalah sahabat-sahabat sekalian rujuk kepada kitab-kitab mu'tabar dalam mazhab kita antaranya Tohfah dan hawasyinya, jilid 3, mulai mukasurat 227.

Di sini ana nukilkan sedikit dari "Risalah Ketetapan Majlis Muzakarah Ulama SeMalaya - Di Kepala Batas", antara lain menyebut:-

Bahawasanya talqin mayyit itu hukumnya sunnat bukannya bid`ah dhalalah. Dalilnya:-

  • (1) Firman Allah ta`ala : ...... yang bererti "Beringat-ingat olehmu maka bahawasanya beringat-ingat itu berguna kepada orang yang mu'minin."
  • (2) Hadis yang diriwayat oleh Thobarani fil Kabir marfu`an daripada Abi Umamah sabda Nabi s.a.w.:.....yang bererti "Apabila mati seorang daripada saudara kamu maka kamu ratakan tanah di atas kuburnya maka hendaklah berkata ia "Hai Fulan anak Fulanah", maka bahawasanya ia mendengar akan dia dan tiada ia jawab ........ hingga berkata ia - maka hendaklah ia berkata - Ingat olehmu barang yang engkau keluar atasnya daripada dunia iaitu syahadatu an la ilaha illaAllah wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluhu ...... hingga akhir riwayat."
  • (3) Atsar yang diriwayatkan oleh Sa`id bin Manshur daripada Rasyid bin Sa`id dan Dhamrah bin Habib dan Hakim bin 'Umair, berkata mereka itu:- ........... yang bererti "Apabila diratakan atas mayyit akan kuburnya dan berpaling manusia daripadanya adlah mensunnat mereka itu bahawa dikata bagi mayyit di sisi kuburnya - Wahai Fulan anak Fulanah - kata olehmu la ilaha illaAllah tiga kali - kata olehmu tuhanku Allah - agamaku Islam - nabiku Muhammad s.a.w. ....... hingga akhirnya.
  • (4) Aqwal al-'Ulama`:-......... yang bererti - "dan disunnat talqin orang yang baligh lagi berakal atau orang yang gila yang terdahulu oleh taklif." Telah berkata akan dia Imam Nawawi di dalam Raudhah dan Syaikhul Islam di dalam Asnal Mathalib dan Fathul Wahhab dan al-'Allamah Ibnu Hajar di dalam Tohfah dan Fathul Jawaad dan Syaikh Ramli di dalam Nihayah dan al-'Allamah al-Khathib di dalam Mughni dan beberapa ulama yang lain daripada mereka itu seperti Qadhi Husain dan Ibnu ash-Sholah.
  • Dengan segala nas yang tersebut itu nyatalah bahawa talqin mayyit kemudian daripada itu sunnat yang ada asalnya daripada Quran dan hadis dan atsar daripada sahabat dan perkataan ulama r.'anhum. Adapun firman Allah ta`ala ......."Beringat-ingat olehmu maka bahawasanya beringat-ingat itu berguna kepada orang yang mu'minin", maka ayat ini umum kepada sekalian orang yang beriman sama ada hidup atau mati. Dan yang terlebih sangat berhajat seseorang kepada pengingatan itu ialah di masa ia di dalam kubur.
  • Ada pun Abi Umamah yang diriwayatkan oleh Thobarani sungguhpun dhaif akan tetapi disokong oleh beberapa syahid daripada hadis yang lain seperti hadis ...........yang bererti "Pintalah olehmu baginya akan ketetapan, maka bahawasanya ia sekarang sedang ditanya akan dia". Demikianlah tersebut di dalam Majmu' - dan hadis Ibnu 'Abbas yang diriwayat oleh Daruquthni di dalam sunannya - dan wasiat Amr bin al-'Aash yang diriwayat oleh Muslim - dan amal ahlu Syam. Lagi pula adalah talqin ini setengah daripada fadhail yang memadai pada mengisbat akan dia dengan hadis yang dhaif jua.

Sunniyyun Syafi`iyyun begitulah kedudukan talqin dalam mazhab kita, oleh itu mari teruskanlah bertalqin dan ditalqin nanti. Yang penting di sini, jangan melampau dalam sesuatu perkara. Begitulah serba sedikit penerangan daripada ana insan yang doif.

Walahu'alam...

Friday, October 26, 2007

Hujan Oh Hujan

Hujan merupakan anugerah Allah kepada kita. Biasanya ia turun sebagai rahmat untuk disyukuri, dan kekadang ianya menjadi bala` ujian untuk disabari. Air seperti juga api, boleh menjadi sebab kehidupan dan boleh juga menjadi pemusnah. Oleh itu, apabila hujan turun, maka disunnatkan kita memohon kepada Allah Tuhan yang menurunkan hujan tersebut, agar ianya menjadi hujan rahmat, hujan yang memberi manfaat kepada kita dan tidak membawa bahaya serta kemudaratan.


Imam an-Nawawi rhm. menulis dalam "al-Adzkar" halaman 278 dalam "Bab maa yaquulu idzaa nazalal mathar" (Bab apa yang diucapkan tatkala turun hujan) bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. apabila melihat hujan turun, baginda berdoa:-

Allahumma shoyyiban naafi`aan
"Ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang memberi manfaat"
Manakala pada halaman 280, Imam an-Nawawi rhm. menulis:-
Telah kami riwayatkan dalam Shohih al-Bukhari dan Shohih Muslim daripada Sayyidina Anas r.a. yang menyatakan: " Telah masuk seorang lelaki ke dalam masjid pada hari Jumaat tatkala Rasulullah s.a.w. sedang berdiri berkhutbah. Lelaki tersebut berkata kepada Junjungan Nabi s.a.w.: "Wahai RasulAllah, telah binasa segala harta (akibat kemarau) dan telah terputus segala jalan (yakni usaha), maka mohonlah kepada Allah agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka Junjungan s.a.w. pun mengangkat kedua tangan baginda seraya berdoa tiga kali dengan ucapan: "Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami." Anas berkata: "Demi Allah, tidak kami melihat satu awan pun di langit walau secebis antara kami dan bukit Sala`. Tiba-tiba muncul awan di langit seperti rupa perisai, maka tatkala awan tersebut berada di tengah langit, ia berkembang dan kemudian menurunkan hujan. Demi Allah, tidaklah kami melihat matahari selama seminggu (yakni terus menerus hujan turun selama seminggu). Kemudian telah masuk seorang lelaki kepada Junjungan Nabi s.a.w. pada Jumaat yang berikutnya sedang Junjungan berkhutbah. Lelaki tersebut berkata:- "Wahai RasulAllah, telah binasa segala harta (yakni sebab banjir) dan telah putus segala jalan (yakni usaha), maka mohonlah kepada Allah untuk menahannya dari turun (yakni menahan hujan dari berterusan turun)". Maka Junjungan Nabi s.a.w. pun mengangkat tangan baginda seraya berdoa:-

"Allahumma hawaalayna wa laa 'alainaa. Allahumma 'alal aakaami wadhz-dhziraabi wa buthuunil awdiyati wa manaabitisy-syajar"
"Ya Allah, jadikanlah hujan ini turun di sekitar kami dan tidak atas kami. Ya Allah, turunkanlah ianya atas segala gunung-ganang, bukit-bukau, lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan."

Seketika juga kami keluar dan berjalan di bawah sinaran matahari (yakni, hujan berhenti turun).
Mudah-mudahan dapat kita amalkan dua doa yang mubarak ini yang diajar oleh Junjungan s.a.w. untuk menyambut hujan agar ianya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak memudaratkan. Mudah-mudahan Allah selamatkan negara kita dari segala bencana dan malapetaka. Mudah-mudahan Allah memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang telah ditimpa bencana serta menggantikan kemusnahan yang mereka alami dengan yang baharu dan pahala yang berlipat ganda. Allahumma aamiin.

Selain dari itu, eloklah diamalkan juga Sholawat Habib Hasan Ahmad BaHarun untuk tatapan kalian. Mudah-mudahan dalam dijadikan wasilah untuk mengajukan permohonan bagi kesejahteraan diri, ahli keluarga, harta benda dan kaum muslimin sekaliannya dari segala bala bencana, malapetaka, kemalangan, wabak penyakit, kezaliman bahaya hujan dan sebagainya.

Ya Allah Ya Tuhanku
Limpahkanlah sholawat ta'dhzimMu
Atas Junjungan Maulana Muhammad
Sebaik-baik makhluk ciptaanMu

Sholawat yang dengan keberkatannya
Engkau selamat sejahterakan kami
Juga ahli keluarga kami, anak-anak kami
Kaum kerabat kami, orang yang kami cintai
Guru-guru kami, murid-murid kami
Rakan taulan kami, jiran tetangga kami
Engkau selamat sejahterakan
Segala rumah kediaman kami, masjid kami
Ma'had kami, madrasah kami,
Ladang kami, pejabat tempat kerja kami,
Sekalian tempat kami dan segala harta-benda kami,

Dari bahaya gempa bumi dan pergerakannya
Dari bahaya hujan, angin, petir dan sebagainya
Dari bahaya kereta, kapal terbang, kapal laut dan lain kenderaan
Dari bahaya wabak, bala bencana, malapetaka dan seumpamanya
Dari bahaya jin, manusia, haiwan, thoghut, syaitan dan tipuannya
Dari bahaya jatuh, binasa, terbakar, tenggelam dan segala musibah
Dari bala` pada urusan agama, dunia dan akhirat

Kabulkanlah Ya Ilahi
Demi jah tuah Junjungan Nabi Pilihan al-Musthofa
Limpahkanlah juga sholawat
Ke atas ahli keluarga dan para sahabat baginda
Bersama-sama salam kesejahteraan yang sempurna

Thursday, October 25, 2007

Aadaabul Ikhtilaf

Oleh : Abu Anas Fathurrahman bin Dawoed
BA Syariah, Universiti Islam Madinah Guru Agama, Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah

Pendahuluan

Isu perbezaan pendapat merupakan sunnatullah yang tidak dapat dielakkan, ianya adalah suatu realiti yang berpunca dari kepelbagaian tahap minda atau keupayaan mental, perbezaan bahasa dan latar belakang, begitu juga dengan persepsi seseorang yang berbeza terhadap sesebuah dalil atau nas. Kesemuanya ini secara tidak langsung menimbulkan kepelbagaian serta percambahan pandangan dan pendapat.

Salah satu tanda kebesaran Allah ialah mencipta makhluk dengan keunikannya tersendiri. Setiap makhluk yang diciptakan dengan keunikannya menunjukkan tanda kebesaran Allah. Oleh yang demikian, tidak hairanlah mengapa perbezaan ini boleh berlaku sejak dari zaman sahabat sehinggalah ke hari ini. Al-Imam ash-Shaatibi di dalam kitabnya al-I'tisom menyebut:

"Sesungguhnya perbezaan pendapat yang terjadi pada zaman sahabat hingga ke hari ini berlaku pada masalah-masalah ijtihadiyyah. Pertama kali ianya berlaku pada zaman khulafa' ar-Raasyidin dan sahabat-sahabat yang lain, lalu berterusan sehingga zaman para taabiin dan mereka tidak saling mencela di antara satu sama lain" (al-I'tisom 2/191)

Hal ini juga menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah kepada umat manusia.

Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakar as-Siddiq dalam hal ini ada menyatakan: "Sesungguhnya perbezaan pendapat dikalangan sahabat adalah satu rahmat bagi manusia" (Jaami' Bayaanil Ilm 2/901)

Berkata Umar bin Abdul Aziz: "Tidak aku sukai jika para sahabat tidak berbeda pendapat, kerana jika mereka semuanya mempunyai pandangan yang sama maka manusia akan berada dalam kesempitan" (Jaami' Bayaanil Ilm 2/902)

Telah berkata Imam Malik: "Sesungguhnya perbezaan pendapat di kalangan ulama' adalah rahmat dari Allah ke atas umat ini, setiap seseorang di kalangan mereka mengikut apa yang benar pada pandangannya, setiap dari mereka berada dalam petunjuk dan setiap dari mereka inginkan keredhaan Allah" (Kasyful Khafa' 1/68)

Adab-Adab Dalam Berbeza Pendapat


Perbezaaan pendapat yang berlaku di kalangan umat Islam terdahulu dalam sejarah awal Islam dan masih berlaku hingga kini adalah sebahagian daripada manifestasi kepelbagaian ini. Fenomena ini bermanfaat dan positif sekiranya perbezaan itu tidak melampaui batas dan tetap menjaga adab-adab dan etika yang betul sepertimana yang digariskan oleh syara'. Perlu diketahui bahawa adanya perkara-perkara yang boleh kita menerima perbezaan pendapat dan inilah yang dinamakan sebagai perkara-perkara juz'i (cabang) atau zanni (tidak muktamad), manakala dalam perkara-perkara kulli (dasar) atau qat'i (muktamad) maka kita tidak sekali-kali boleh mempertikaikannya.

Ulama' telah menetapkan beberapa garis pandu mengenai adab-adab dan etika dalam berbeza pendapat, di antaranya:

>1. Ikhlas dan jauhkan diri dari mengikut hawa nafsu.
Ikhlas adalah syarat agar amalan kita dapat diterima oleh Allah. Maka adalah satu kewajipan bagi seseorang yang ingin menegakkan atau mencari kebenaran supaya menghindarkan dirinya dari hawa nafsu.

Sifat kemegahan pada diri sendiri dalam mencari kebenaran juga adalah suatu sifat yang harus dihindarkan agar kita tidak digolongkan dalam sabda Rasulullah : "Barangsiapa yang menuntu ilmu untuk bertikam lidah dengan para ulama', atau ingin memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka" (at-Tirmizi 414)

Salah satu dari tanda-tanda ikhlas ialah apabila seseorang itu sanggup menerima kebenaran walaupun datangnya seseorang yang lebih rendah martabatnya, sepertimana yang berlaku kepada Amirul mu'minin Umar di mana beliau telah menerima kebenaran walaupun datangnya dari seorang perempuan yang lebih rendah martabatnya.

2. Mengembalikan segalanya pada al-Quran dan Sunnah dan jauhkan dari sifat ingin memenangkan diri.
Firman Allah yang berbunyi:
"Jika kamu semua berselisih dalam sesuatu perkara maka kembalikanlah ianya kepada Allah dan Rasul" (an-Nisa' 59)

Menjadi satu kewajipan bagi setiap insan untuk menjadikan al-Quran dan Sunnah Rasulullah sebagai tempat rujukan yang paling utama dan menjadikannya alat neraca yang menimbang setiap pendapat yang dikeluarkan.

Allah merahmati para ulama' yang sentiasa memberi peringatan kepada kita agar tidak mengambil kata-kata mereka seratus peratus melainkan setelah kita nilai ianya dengan al-Quran dan Sunnah. Bukan satu di antara mereka yang mengatakan "apa yang kamu dapat dariku mengenai suatu pendapat yang bercanggah dengan al-Quran dan Sunnah maka campakkanlah ianya ke tembok"

Orang yang ikhlas tidak hanya memikirkan untuk mengalahkan lawannya sebaliknya dia lebih mementingkan kebenaran walaupun kebenaran itu datang dari lawannya.

3. Tidak mencela pandangan atau ijtihad ulama' lain dalam masalah-masalah ijtihaadiyyah.

Satu perkara yang harus kita terapkan dalam mana kita berbeda pendapat ialah jangan sesekali kita menghina atau merendahkan pandangan orang lain selagimana ianya berada dalam lingkungan permasalahan yang boleh diperselisihkan oleh syara' iaitu perkara- perkara juz'i (cabang) atau zanni (tidak muktamad).

Imam al-Auzaa'i telah ditanya mengenai seorang lelaki yang mencium isterinya, samada ianya membatalkan wuduk atau tidak. Beliau menjawab: "jika aku ditanya maka aku akan menjawab, wajib ke atasnya berwuduk, tetapi jika dia tidak berwuduk maka aku tidak akan mencela atau menghinanya". (Fathul Barr Fi Tartib at-Tamhid 3-245)

4. Menghormati pandangan ulama' yang berbeza pandangan dengannya dalam masalah juz'i dan mengambil pandangannya jika perlu.
Contoh tauladan lain yang boleh diambil ialah dari kisah imam besar kita al-Syafi‘e rahimahullah yang mengimami solat subuh di masjid berhampiran kubur Abu Hanifah. Beliau solat tanpa membaca doa qunut dan apabila ditanya oleh seseorang sehabis solat, beliau menjawab: "Adakah aku ingin melakukan sesuatu yang berlainan dari apa yang diajar oleh Abu Hanifah padahal aku berada berhampirannya". (Hujjatullah al-Balighah 335)

5. Meninggalkan beberapa perkara sunnah kerana tidak mahu menyanggahi orang ramai.
Seringkali para ulama' memberi peringatan di dalam kitab-kitab mereka tentang perkara ini. Agar kita meninggalkan beberapa perkara yang kita anggap sunnah demi perpaduan dan demi menghormati pandangan ulama' yang lain apabila kita berada di tempat atau di majlisnya.

Berkata Abdur Rahman bin Yazid: Kami bersama Abdullah bin Mas'ud. Ketika kami masuk ke masjid Mina dan amirul mu'minin sedang menjadi imam pada ketika itu, lalu Ibnu Mas'ud pun bertanya: "Berapa rakaatkah amirul mu'minin solat?" mereka menjawab: Empat rakaat. Lalu Ibnu Mas'ud melakukan solat empat rakaat. Setelah selesai solat kami bertanya kepada Ibnu Mas'ud: "Tidakkah kamu telah memberitahu kami bahawa Rasulullah dan Abu Bakar telah melakukan solat dua rakaat?" Beliau menjawab: "Ya, bahkan sekarang juga aku mengatakan demikian, akan tetapi Uthman menjadi imam dan aku tidak mahu menyanggahinya". (as-Sunan al-Kubra 3/144).

Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah dalam majmu' fataawa berkata: "Jika seorang ma'mum mengikuti solat imam yang membaca qunut di waktu solat fajar atau solat witir maka hendaklah dia qunut bersama imam, samada imam berqunut sebelum atau selepas ruku'. Jika imam tidak melakukan qunut maka hendaklah ma'mum tidak melakukannya bersama imam, walaupun jika imam memandang bahawa qunut itu adalah sunnah dan ma'mun berpendapat sebaliknya lalu dia meninggalkan pandangannya demi perpaduan" (majmu' fataawa 22/268)

6. Menjauhi sifat ta'assub (fanatik) dan berkelompok.
Salah satu sifat yang harus kita hindarkan untuk memperolehi jalan kebenaran dan tidak menegakkan benang yang basah ialah sifat fanatik terhadap pegangan mazhab, kumpulan, negara atau guru-gurunya. Sifat fanatik dan berkelompok hanya akan menjadikan orang yang berbeza pendapat tidak mahu berganjak dari pandangannya. Apa yang mereka lakukan bukanlah semata-mata kerana Allah Taala tetapi disebabkan faktor-faktor lain.

Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah mengatakan: "Cintailah seseorang dengan berpatutan kerana mungkin dia kelak akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah seseorang secara berpatutan kerana mungkin kelak dia akan menjadi orang yang kamu cintai." (Timizi 1920)

Tanamkan dalam diri dengan pegangan bahawa setiap manusia boleh diterima dan boleh ditinggalkan kata-katanya melainkan Nabi Muhammad , kerana hanya baginda sahajalah yang ma'som dan terhindar dari kesilapan.

7. Utamakan sikap persaudaraan (ukhuwwah)

Firman Allah yang bermaksud: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu." (al-Hujurat 10)

Adakalanya di dalam perbincangan untuk mendapatkan kebenaran akan terjadi perselisihan dan pertelagahan, maka di waktu itu hendaklah kedua belah pihak menyedari bahawa perpaduan dan persaudaraan itu lebih diutamakan dari perpecahan.

Banyak lagi perkara-perkara penting yang harus diterapkan dalam perbincangan serta perdebatan untuk meraih kebenaran. Apa yang disebutkan hanyalah beberapa perkara penting yang harus ditekankan. Perhatikanlah kata-kata Dr Yusuf al-Qardhawi mengenai perkara ini: "Para pendakwah dan pengamal Islam mestilah menjadikan matlamat mereka kepada kesatuan, keserasian, mengumpulkan hati-hati mereka dan merapatkan barisan mereka. Mereka mesti menjauhkan diri dari perbezaan dan perpecahan serta semua perkara yang memecah-belahkan jamaah dan merosakkan kesatuan yang terdiri dari permusuhan yang zahir mahupun kebencian yang batin. Juga semua perkara yang membawa kepada kerosakan hubungan sesama sendiri yang hanya akan melemahkan umat. Tiada yang setanding dengan agama Islam dalam mengajak kepada persaudaraan. Persaudaraan ini nampak jelas dengan kesatuan, keserasian dan saling tolong-menolong. Agama Islam juga unggul dalam melarang daripada perpecahan, perselisihan dan permusuhan. Semuanya termaktub dalam al-Quran dan as-Sunnah" (as-Sahwah al-Islamiyyah 27)

Perbahasan di kalangan bijak pandai agama haruslah diteruskan dan disuburkan agar ianya dapat menjana generasi yang lebih peka dan lebih terbuka mindanya. Akan tetapi jika perbahasan yang berlaku tidak didasari oleh rasa ikhlas dan menjauhkan dari sifat ta'assub, maka dari perbahasan tersebut akan lahirlah perbalahan. Adab-adab dalam berbeza pendapat harus diterapkan di dalam diri kita agar perbahasan dan perbezaan yang berlaku dikalangan umat Islam menjadi satu rahmat bagi kita dan bukannya satu bencana yang melanda. Wallahu A'lam

Rujukan
- Raf'ul Malam an Aimmatil A'lam Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah, al-Maktabul Islami.
- Al-Khilaf bainal Ulama' Asbaabuhu wa Mauqifuna Minhu, Syeikh Muhammad bin Saleh al-Uthaimeen, http://www.ibnothaimeen.com
- Jaami' Bayaanil Ilm, Abu Naim al-Asbahani Matbaah as-Saadah.
- Sunan ad-Daarimi, Abdullah bin Abdur Rahman, Dar ibn Hazm.
- Majmu' al-Fataawa Islam Ibn Taimiyyah Maktabah al-Obaikan
- Fathul Barr fi at-Tartib al-Fiqhi li Tamhid Ibn Abdil Barr, Muhammad al-Maqrawi, Majmu' at-Tuhaf an-Nafais ad-Dauliah
- As-Sunan al-Kubra, al-Baihaqi, Dar al-Kutubul al-Ilmiah
- Fikhul Khilaf Dr Awadh bin Mohd Al-Qarni, Dar al-Andalus al-Khadra'
- Adabul Ikhtilaf, Said bin Abd al-Qadir,
- al-I'tisom, Ibrahim bin Musa, Maktabah at-Tauhid
- As-Sahwah al-Islamiyyah bayna al-ikhtilaf al-Masyru' wa al-Tafarruq al- Mazmum, Yusuf al-Qardhawi, Dar al-Sahwah

Wednesday, October 24, 2007

Jirusan air di atas kubur


Imam kita asy-Syafi`i meriwayatkan daripada Ibraahiim bin Muhammad daripada Ja'far bin Muhammad daripada ayahandanya bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. telah menyiram (air) atas kubur anakanda baginda Ibrahim dan meletakkan atasnya batu-batu kerikil. Riwayat ini terkandung dalam "Musnad al-Imam al-Mu`adzhdzham wal Mujtahid al-Muqaddam Abi 'Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi`i r.a.", juzuk 1, halaman 215.

Maka perbuatan baginda inilah yang dijadikan dalil oleh para ulama kita untuk menghukumkan sunnat menjirus atau menyiram air ke atas pusara si mati diiringi doa agar Allah mencucurikan rahmat dan kasih sayangNya kepada almarhum/almarhumah. Amalan ini sudah sebati dengan masyarakat kita, walaupun sesekali ada yang mempertikaikannya.

Pihak yang melakukannya pula ada yang hanya ikut-ikutan sahaja tanpa mengetahui hukumnya dalam mazhab yang kita pegangi. Ada yang melakukannya tetapi tidak kena caranya sehingga berubah hukumnya dari sunnat menjadi makruh. Untuk manfaat bersama, amalan menjirus air ke kubur dipandang SUNNAT dalam mazhab kita Syafi`i. Tetapi yang disunnatkan hanya dengan air semata-mata dan bukannya air mawar sebagaimana kelaziman sesetengah masyarakat kita. Menjirus air dengan air mawar dihukumkan MAKRUH kerana ianya merupakan satu pembaziran.

Dan mutakhir ini, timbul tradisi yang tidak sihat, di mana penziarah, terutama dari kalangan berada, membuang duit untuk membeli jambangan bunga untuk diletakkan di atas pusara, persis kelakuan dan perlakuan penganut agama lain. Kalau dahulu, orang hanya memetik bunga-bungaan yang ditanamnya sendiri di sekeliling rumah seperti daun pandan, bunga narjis dan sebagainya yang diperolehi dengan mudah dan tanpa sebarang kos. Ini tidaklah menjadi masalah kerana boleh dikiaskan perbuatan Junjungan yang meletakkan pelepah tamar atas kubur.

Tetapi menghias kubur dengan jambangan bunga yang dibeli dengan harga yang mahal, maka tidaklah digalakkan bahkan tidak lepas dari serendah-rendahnya dihukumkan makruh yakni dibenci Allah dan rasulNya dan diberi pahala pada meninggalkannya, seperti juga menjirus kubur dengan air mawar. Maka hendaklah dihentikan perbuatan menghias-hias kubur secara berlebihan, membazir dan membuangkan harta. Adalah lebih baik jika wang yang digunakan untuk tujuan tersebut disedekahkan kepada faqir dan miskin atas nama si mati, dan ketahuilah bahawa sampainya pahala sedekah harta kepada si mati telah disepakati oleh sekalian ulama tanpa ada khilaf.


Dalam "I`anatuth Tholibin" karya Sidi Syatha ad-Dimyathi, jilid 2, mukasurat 135 - 136 dinyatakan:-

و يسن أيضا وضع حجر أو خشبة عند رأس الميت،
لأنه صلى الله عليه و سلم وضع عند رأس عثمان بن مظعون
صخرة،
و قال: أتعلم بها قبر أخي لأدفن فيه من مات من أهلي.
و رش القبر بالماء لئلا ينسفه الريح،
و لأنه صلى الله عليه و سلم فعل ذلك بقبر ابنه إبراهيم.
راوه الشافعي، و بقبر سعد رواه ابن ماجه،
و امر به في قبر عثمان بن مظعون راوه الترمذي.
و سعد هذا هو ابن معاذ.
و يستحب ان يكون الماء طاهر طهورا باردا،
تفاؤلا بأن الله تعالى يبرد مضجعه.
و يكره رشه بماء ورد و نحوه، لأنه إسراف و إضاعة مال

Dan disunnatkan meletakkan batu atau kayu (nisan) di sisi kepala mayyit, kerana bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. meletakkan sebiji batu besar (nisan) di sisi kepala (kubur) Sayyidina 'Utsman bin Madzh`uun, dan Junjungan bersabda: "Agar diketahui dengannya kubur saudaraku supaya aku boleh mengkebumikan padanya sesiapa yang mati daripada keluargaku". Dan (disunnatkan) menyiram (menjirus) kubur dengan air agar debu-debu tanah tidak ditiup angin dan kerana bahawasanya Junjungan Nabi s.a.w. melakukan sedemikian pada kubur anakanda baginda Sayyidina Ibrahim sebagaimana diriwayatkan oleh Imam asy-Syafi`i; Dan juga pada kubur Sa`ad (yakni Sa`ad bin Mu`aadz) sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, dan Junjungan s.a.w. telah memerintahkan dengannya (yakni dengan menjirus air) pada kubur Sayyidina 'Utsman bin Madzh`uun sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi. Dan yang mustahab adalah air tersebut suci lagi mensucikan dan sejuk (air mutlak biasa, jangan pulak disalahfaham dengan air sejuk peti ais plak), sebagai tafa`ul (mengambil sempena) mudah-mudahan Allah menyejukkan kubur si mati (yakni menyamankan keadaan si mati di tempat perbaringannya dalam kubur tersebut). Dan makruh menyiram atau menjirus dengan air mawar atau seumpamanya kerana perbuatan tersebut adalah satu pembaziran dan mensia-siakan harta.
Begitulah ketentuan hukum menjirus kubur dengan air biasa dalam mazhab kita asy-Syafi`i. Diharap sesiapa yang telah beramal, tahu yang amalannya itu adalah sebagai menurut perbuatan Junjungan Nabi s.a.w. dan hendaklah diharap pahala atas amalannya tersebut dengan niat mencontohi amalan baginda. Sebagai penutup ana ingin berkongsi satu doa yang disusun oleh ulama, yang munasabah dibaca tatkala menyiram air atas pusara bermula dari kepala si mati hingga ke kakinya, iaitu:-


سَقَى اللهُ ثَرَاهُ (ثَرَاهَا)

وَ بَرَّدَ اللهُ مَضْجَعَهُ (مَضْجَعَهَا)

وَ جَعَلَ الْجَنَّةَ مَثْوَاهُ (مَثْوَاهَا)

saqaa-Allahu tsaraahu; wa barrada-Allahu madhja`ahu; wa ja`alal jannata matswaahu

Moga-moga Allah menyirami kuburnya (dengan hujan rahmat dan kasih sayang serta menghilangkan dahaganya); Dan menyamankan tempat perbaringannya; Dan menjadikan syurga tempat kediamannya.

الله اعلم